Pengalaman body rafting di Citumang Pangandaran: Seru dan Berkesan!


Sabtu lalu, dalam acara family gathering keluarga besar PAN Sumedang, saya berkesempatan mencoba body rafting di Sungai Citumang, Pangandaran. Meski awalnya sempat ragu karena tidak bisa berenang, rasa penasaran akhirnya mengalahkan semua keraguan. Apalagi saat muda dulu, saya suka melakukan kegiatan-kegiatan yang memacu adrenalin. Dan ternyata, pengalaman ini menjadi salah satu momen paling seru dan tak terlupakan dalam hidup saya!  

Sungai Citumang terkenal dengan kejernihan airnya yang berwarna kehijauan dan kebiruan, juga lingkungannya yang masih terjaga. Begitu tiba di lokasi, suasana asri dan sejuk langsung menyambut. Dikelilingi pepohonan hijau, gemericik air sungai yang mengalir, suasana terasa begitu menenangkan. 

Di area parkir pertama, kami berkumpul dan mendapatkan pengarahan dari pemandu yang akan menemani kami selama berwisata sungai. Setelahnya, kami diberi pelampung, yang menurut pemandunya, kuat untuk orang dengan berat badan lebih dari 100 kg. Jadi teman-teman saya yang berbadan subur dan awalnya ragu, akhirnya ikut juga. 

Setelah mendapatkan pelampung, kami berjalan sekitar 15 menit menuju tempat pemberangkatan. Kami menyusuri jalan setapak melewati pepohonan di kiri kanan jalan di antara tebing-tebing bebatuan. Semilir angin yang sejuk dan rimbunnya pepohonan membuat perjalanan terasa menyenangkan. Kami berjalan disertai celotehan dan canda teman-teman dan para pemandu yang ramah. 

Setibanya di tempat tujuan, tampak ratusan peserta sedang bersiap untuk melakukan body rafting. Mereka dibagi ke dalam beberapa kelompok. Terdiri dari anak kecil hingga yang sudah lansia. Body rafting ini dikatakan aman untuk usia 2-70 tahun asalkan tidak memiliki riwayat penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung, dll. 

Sebelum memulai, pemandu menanyakan barangkali di antara kami ada yang memiliki riwayat penyakit tertentu, kemudian ia memberikan arahan singkat tentang teknik dasar body rafting dan cara menjaga keselamatan. Dia juga menjelaskan track rute yang akan dilewati. Sepanjang sungai, ada tiga air terjun dengan berbagai ketinggian dan kedalaman yang akan kami lewati. 

Perjalanan body rafting dimulai dengan terjun dari ketinggian. Di tempat pertama di mulut goa, ada tempat di mana peserta bisa menaiki tebing setinggi 7 meter dengan tangga tali kemudian melompat dari atas. Karena antrian cukup panjang, kami melewati bagian ini. 

Kami mengawali rafting dengan melompat di pinggir sungai. Ada dua tempat dengan dua cara, yakni melompat langsung ke sungai atau berayun dulu dengan tambang kemudian melompat. Peserta yang tidak berani melompat dari ketinggian bisa melewati bagian ini dan turun ke sungai dari tempat lain yang lebih rendah dengan menyusuri bebatuan. 

Setelah semua peserta berada di dalam air, pemandu meminta kami untuk berbaring dua jalur, di mana masing-masing peserta memegang kedua pergelangan kaki teman di belakangnya sambung-menyambung, melaju mengikuti arus sungai. Pemandu menyemangati kami dengan meneriakkan yel-yel. 

Tiba di jeram pertama, kami berhenti untuk berfoto bersama sebelum melompat. Saya melompat dengan menahan napas, langsung memasuki kedalaman selama beberapa detik sebelum muncul kembali di permukaan. Air masuk melalui mulut dan hidung. Mungkin karena tidak terbiasa jadi kaget, hingga tak sengaja bernapas di dalam air menyebabkan air masuk. 

Setelah muncul di permukaan, saya langsung membalikkan badan mengambil posisi terlentang. Terdengar ada yang berteriak-teriak, entah teman atau pemandu: "Bu, balik badan, jangan terlentang!"

Apa iya jangan terlentang? Menurut saya justru itu posisi ternyaman. Kuatir untuk alasan keamanan, saya pun mengambil posisi tengkurap di atas air dan berenang mengikuti arus. Kami terus melaju menyusuri sungai yang mengalir tenang. Sesekali saya membalikkan badan, melihat langit biru jernih dengan awan beriringan, serta dedaunan dari pepohonan tinggi yang seolah membingkainya. Meski kemarin hujan, hari ini cuaca cerah. 

Suasana terasa tenang dan damai. Saya melaju sambil merentangkan tangan. Mata memandang ke atas. Masyaa Allah... Ciptaan Allah begitu indah. Sesekali melewati area yang terbuka di mana matahari menyorot begitu tajam. Saya pun memejamkan mata. Terus melaju hingga jeram ke dua yang lebih pendek. 

Menjelang jeram terakhir, kedalaman sungai bertambah sehingga aliran air tak begitu deras. Di area ini, di bawah permukaan air, disediakan tambang besar. Saya melaju dengan berpegangan ke tambang tersebut, dan mendorongnya supaya bergerak lebih cepat. 

Di jeram terakhir, kami berhenti kemudian berkumpul lagi dan berpindah ke aliran irigasi dengan lebar sekitar 1 m. Pemandu kembali meminta kami berbaring dan melaju beriringan sambil memegang kaki teman di belakang. 

Akhirnya tibalah di lokasi terakhir. Kami menuju warung nasi yang sudah menyiapkan makan siang berupa nasi liwet lengkap dengan lauk-pauknya. Kami makan dengan pakaian basah. Namun sama sekali tidak mengurangi kenikmatan. Setelah lelah melaju selama 2 jam dengan jarak tempuh sekitar 1,5 km, baju basah tak menghalangi kami untuk menikmati hidangan. 

Pengalaman body rafting di Citumang ini mengajarkan saya banyak hal, terutama tentang keberanian untuk mencoba hal baru. Selain itu, saya juga menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian alam agar keindahan seperti ini tetap bisa dinikmati generasi mendatang.  

Bagi yang ingin liburan penuh tantangan sekaligus relaksasi, body rafting di Citumang adalah pilihan yang tepat. Jangan lupa membawa baju ganti dan kamera untuk mengabadikan momen seru ini! Berani coba?  

#eventdbestpublishing

#30HBR2725

#30hbrdbestpublishing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaafkan Diri Sendiri: Hadiah Terbaik untuk Hati

Pesona Pantai Pangandaran yang Tak Terlupakan