Memaafkan Diri Sendiri: Hadiah Terbaik untuk Hati



Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan yang ia sesali. Kesalahan yang sudah telanjur dilakukan dan tak mungkin diperbaiki lagi. Kesalahan yang membuatnya berharap, jika waktu bisa diputar kembali, ia ingin mengubahnya.  Kesalahan yang senantiasa mengganggu hati dan pikirannya. Kesalahan yang membuat dirinya merasa tidak berharga. 

Aku pun pernah mengalaminya. Aku berharap bisa kembali ke masa lalu dan mengubah kejadian, supaya aku tak pernah melakukan kesalahan itu. Kesalahan yang membuat penyesalan berkepanjangan. Yang membuatku menyalahkan diri sendiri atas kebodohanku kala itu. Tapi tak ada mesin waktu yang bisa membawaku kembali ke masa lalu, seperti dalam dongeng-dongeng. Aku ada di masa kini dengan kenyataan yang tak bisa kupungkiri. 

Sering kali, bukan orang lain yang menjadi hakim atas kesalahan yang kita perbuat. Akan tetapi kita sendirilah kritikus yang paling keras bagi diri sendiri. Kita mengingat kesalahan masa lalu, menyesali keputusan yang diambil, dan terkadang merasa tidak layak untuk bahagia. Namun, sampai kapan kita akan terus menyalahkan diri sendiri?  

Kita tahu kita salah. Tapi sadarlah ada hal yang tidak bisa diubah. Memaafkan diri sendiri bukan berarti mengabaikan kesalahan, tetapi menerima bahwa kita adalah manusia yang tak luput dari kekhilafan. Ini tentang memahami bahwa setiap kesalahan adalah bagian dari proses belajar.  Dari kesalahan kita belajar menjadi lebih baik. Dari kesalahan kita belajar menjadi lebih kuat. Dari kesalahan kita belajar menjadi lebih berhati-hati. 

Coba ingat, jika seorang sahabat datang pada kita dengan penyesalan, apakah kita akan terus-menerus menghakiminya? Tentu tidak. Kita akan berusaha menenangkannya, menghiburnya, dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Jadi, mengapa tidak bersikap seperti itu pada diri sendiri?  

Seorang pendosa yang kemudian sadar dan bertaubat, yang merasa dirinya kotor dan tidak pantas di hadapan Allah, akan terus berusaha membersihkan dirinya. Bukankah itu lebih baik daripada seseorang yang merasa dirinya suci, bersih dari dosa, dan tidak pernah melakukan kesalahan? 

Menghadapi perasaan bersalah dengan sikap positif akan membuat kita berusaha memperbaiki diri, sehingga kita menjadi lebih layak dan pantas. 

Mungkin ada saatnya kita berpikir, "Aku telah melakukan yang terbaik dengan pemahaman yang kumiliki saat itu."

Ketika aku melakukan kesalahan besar, aku memilih memaafkan diriku sendiri dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali. Aku sadar ada hal yang tidak bisa kuubah. Ketimbang terus-menerus menyesali apa yang sudah terjadi dan menyalahkan diri sendiri, lebih baik aku fokus pada apa yang masih bisa diperbaiki.  Memaafkan diri sendiri adalah hadiah terbaik yang bisa kuberikan untuk hatiku, untuk membuka pintu bagi kedamaian dan kesempatan baru. 

Allah sendiri memaafkan orang-orang yang bertaubat setelah melakukan kesalahan, seperti dalam firman-Nya:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Az-Zumar [39]: 53) 

Jika Allah saja mengampuni umat-Nya yang bersalah, mengapa kita tidak bisa memaafkan diri sendiri? 

Jadi, siapapun yang saat ini sedang menanggung beban penyesalan, lepaskanlah dan izinkan dirimu melangkah lebih ringan menuju hari esok. 

#30hbrdbestpublishing
#30HBR3025
#eventdbestpublishing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman body rafting di Citumang Pangandaran: Seru dan Berkesan!

Pesona Pantai Pangandaran yang Tak Terlupakan