Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

Mulai Saja

Menulis semudah bernapas! Menulis semudah tersenyum! Slogan-slogan semacam itu banyak bermunculan guna memotivasi orang agar mau menulis. Tentu bukan arti sesungguhnya, karena menulis memerlukan niat dan usaha yang lebih dari bernapas atau tersenyum. Tagline tersebut dibuat untuk menghilangkan kesan bahwa menulis itu sulit. Saya suka menulis. Tulisan pertama saya dimuat di Mingguan Pelajar ketika saya kelas 6 SD. Waktu itu guru meminta kami menulis tentang apa yang dilakukan selama liburan sekolah. Tanpa kami ketahui ternyata dia memilih tulisan terbaik menurutnya dan mengirimkannya ke Mingguan Pelajar . Tentang menulis ini saya ingat saran Pak Amir Daud, dosen Teknik Menulis Berita di Lembaga Pers Dr. Soetomo ketika saya belajar di sana pada 1995. “Buka komputer dan mulailah menulis,” katanya. Pak Amir menjawab pertanyaan salah seorang siswa yang menanyakan tentang apa yang harus dilakukan jika kita ‘mandeg,’ gak ada ide untuk menulis. Menurut Pak Amir, ide akan spontan mengalir ke...

Menulis Berita = Menyampaikan Hadis?

Usai mengikuti acara Daurah bersama Syaikh Muhammad Mahmud al-Jamal dari Qatar pada Rabu, 21 Desember 2022, saya dikerubuti oleh anak-anak mahasantri Ma'had  Aly al-Asma. Saya selalu senang berada di antara mereka. Bukan karena mereka masih muda dan ganteng-ganteng, tapi karena semangat mereka membuat saya juga ikut bersemangat. Lupa akan usia yang sudah lewat dari setengah abad. Saya bisa mengobrol dan berdiskusi bebas dengan mereka tanpa ada rasa segan bahwa kami berbeda generasi.  Sore itu mereka bertanya tentang cara kerja reporter dan tentang bagaimana caranya menulis berita. Bukan tanpa alasan mereka bertanya kepada saya tentang hal tersebut. Meski cuma tiga tahun, saya pernah menjadi reporter di Harian Ekonomi Bisnis Indonesia kemudian mengundurkan diri pada tahun 1998 karena ingin fokus menjadi ibu rumah tangga. Sudah lama memang. Tapi alhamdulillah saya masih ingat bagaimana menulis berita yang baik, Sebelum bekerja di Bisnis Indonesia , saya belajar menjadi jurnalis...

Belajar dari Qatar dan Mesir

Qatar tak hentinya membuat saya berdecak kagum. Baru saja sukses menggelar perhelatan akbar Piala Dunia dengan biaya yang fantastis, mencapai lebih dari Rp3.140 triliun, tertinggi dalam sejarah persepakbolaan dunia, hari ini saya dibuat terpesona dengan uraian tentang bagaimana negara yang cuma berpenduduk sekitar tiga juta ini mengelola wakafnya. Prof. Dr. Muhammad Mahmud al-Jamal, Pakar Maqasid Syariah dari Universitas Hamad bin Khalifah di  Qatar, mengatakan saat ini Qatar mengelola wakaf dengan nilai sekitar US$2 miliar, setara dengan 31 triliun rupiah. Nilai yang luar biasa. Kalau dibuat bangunan kira-kira setara dengan 253.000 ruang kelas ukuran 8x9 m2,  atau 182.000 masjid ukuran 100m2, atau pembuatan jalan aspal sepanjang 182 km, atau pembuatan sekitar 7 juta sumur bor. Pada pengajian umum yang diadakan di Markaz Dakwah P.D. Persis Kabupaten Sumedang, Prof. Jamal menyampaikan bahwa di Qatar wakaf ini sangat dijaga dan disebarkan tak hanya di dalam negri tapi juga hingg...